Sabtu, 24 September 2011

Heroin Dijual Sebagai Ubat Batuk Pada 1898



Bayer pertama kali mengembangkan Heroin pada tahun 1898 sebagai ubat batuk sirup, Pengembangan dan penemuan ini tak luput dari andil dan peranan besar seorang ilmuan yang bernama Heinrich Dreser (1860 – 1924) lahir di Darmstadt, Jerman, pada tahun 1860.Sepanjang kariernya di Bayer antara tahun 1897-1914 Dreser bertugas sebagai seorang peneliti dimana ia bertanggung jawab menguji keamanan dan kemujaraban produk ubat baru. Pada masa tersebut Dreser memikul jabatan sebagai seorang Ketua Laboratorium. Yang mana jabatan tersebut memberikan wewenang dalam memutuskan apakah suatu ubat layak dipasarkan atau tidak, bersama jabatan tersebut pulalah membawa Dreser pada penemuan Heroin yang sangat spektakuler sekaligus kontroversi.


Heroin adalah hasil sintesis diasetilmorfin yang merupakan derivat senyawa morfin. Senyawa diasetilmorfin berbentuk kristal berwarna putih, tak berbau, dan berasa pahit adalah senyawa yang kemudian diketahui cukup berbahaya. Para ahli sains kemudian berlumba-lumba melakukan penelitian untuk mendapatkan ubat. Penemuan diasetilmofin oleh ilmuwan Inggris, C. R. Wright, tahun 1874 memberi ilham pada Dreser untuk menciptakan ubat baru yang tidak menimbulkan ketagihan tetapi tetap memiliki khasiat sama, yakni sebagai obat penenang (sedatif) dan penghilang rasa sakit. Setidaknya begitulah anggapan Dreser pada saat itu. Yang pada kenyataannya pada saat ini anggapan tersebut salah.


Pada November 1898, Dreser memperkenalkan ubat temuannya pada Kongres Naturalis dan Doktor Jerman. Ia mengatakan bahawa heroin 10 kali lipat lebih efektif dari ubat batuk biasa, namun hanya mengandung sedikit bahan toksik. Ubat batuk sirup baru itu juga dikatakn Dreser sebagai ubat yang lebih efektif dibandingkan morfin sebagai penahan sakit. Dreser menegaskan, uobat tersebut sangat aman diminum walau agak kontroversi pada masa itu.

Nama “heroin” sebagai ubat batuk sirup pun kemudian dilancarkan secara rasmi oleh Bayer dan mulai dipasarkan untuk khalayak ramai pada tahun 1898. Nama heroin diambil dari bahasa Jerman heroisch yang berarti heroik. Brand heroin yang didengung-dengungkan waktu itu yakni: “Heroin-sang penawar batuk”.

Saking gencarnya Bayer melakukan pemasaran heroin ini, mereka kemudian memberikan contoh produk ini kepada para doktor. Akibatnya, tak sedikit doktor yang memberikanya untuk para pesakit mereka. Heroin pun kemudian berkembang secara luas di lingkungan medik tanpa menyedari bagaimana efek ketergantungan yang dihasilkan produk ini. Melihat fenomena pemasaran yang terus meningkat, Bayer pun terus meningkatkan produksinya dan menjual ke 12 negara lainnya di luar Jerman.

Lama-kelamaan, keganjilan mulai nampak. Para doktor mulai mencatat banyak sekali permintaan pesakit akan obat batuk sirup ini meskipun para pesakit itu tak memiliki keluhan pada saluran pernapasannya. Sejumlah ilmuwan, doktor, dan para pakar kimia kemudian mendeteksi adanya kandungan obat keras di dalamnya. Mereka menyimpulkan bahwa diasetilmofin yang dikandung heroin mungkin tak seadiktif morfin, namun justru lebih hebat dari itu. Daya ketergantungan heroin dua hingga empat kali lebih kuat dibandingkan morfin! Saat memasuki metabolisme tubuh, zat aktif heroin langsung memasuki aliran darah dan merasuk masuk ke otak hingga menyebabkan sebuah euforia.

Berkaca dari berbagai temuan ilmuwan itu, Bayer kemudian menghentikan produksi dan pemasaran ubat batuk sirup heroin pada 1913. Lebih dari itu, Bayer langsung menghapus nama heroin pada daftar obat yang berhasil mereka temukan sekaligus menjadi catatan sejarah kelam bagi perusahaan terkenal itu. Peredaran heroin pun kemudian dilarang secara luas pada tahun 1924.

Credit: Science Of Universe

Tidak ada komentar:

Posting Komentar