Coelacanth adalah tipe ikan primitif yang bergerak lambat dan diduga sudah seluruhnya punah sebelum penemuan kembali tahun 1938. Makanya, ikan Coelacanth yang masih eksis saat ini sering disebut fosil hidup karena tidak mengalami perubahan besar dalam 320 juta tahun.
Spesies baru Coelacanth yang ditemukan kali ini berbeda dengan jenis ikan Coelacanth lainnya, baik yang masih eksis maupun yang sudah punah.
Sebagian besar Coelacanth memiliki ekor lebar yang dirancang untuk bergerak dalam jarak pendek setelah memangsa. Kontrasnya, spesies baru Coelacanth ini memiliki ekor seperti tuna, relatif ramping dan berotot, berguna untuk bergerak cepat menangkap mangsa.
"Ekor kuat dan berbentuk garpu serta tubuh yang ramping menjadi indikasi bahwa ikan ini bisa mencapai dan mempertahankan kecepatan lebih tinggi dari jenis Coelacanth lainnya," kata anggota tim peneliti, Mark Wilson dari University of Alberta, Kanada, yang melaporkan temuannya di Journal of Vertebrate Palaentology.
Menurut Andrew Wendruff, nama Rebellatrix menunjukkan bahwa Coelacanth ini benar-benar "rebel" alias pemberontak. Ikan ini bisa berenang, menjelajahi wilayah yang luas untuk mencari mangsa dan menangkapnya dengan gerakan cepat.
"Jenis ini bisa melakukan apa pun yang Coelacanth lain tidak bisa melakukannya," ungkapnya.
Fosil Rebellatrix dikoleksi pada tahun 1950-an dan 1980-an di lembah Wapti Lake Provincial Park di British Columbia, Kanada. Area ini adalah wilayah pantai barat superbenua Pangaea pada masa lalu. Spesimen disimpan di Royal Tyrell Museum di Alberta dan Peace Region Palaentology Research Center di British Columbia. Identifikasi dimulai tahun 2009.
Berdasarkan analisis, Rebellatrix pertama kali muncul pada 250 juta tahun lalu, sesaat setelah kepunahan Permian, ketika 90 persen makhluk hidup di Bumi punah.
Wendruff berspekulasi bahwa kepunahan memberi ruang bagi organisme yang mampu bergerak cepat seperti Rebellatrix untuk berjaya. Maka, jenis ini mulai mendominasi pada masa itu.
John Long, pakar ikan Coelacanth dari Natural History Museum di Los Angeles County, California, mengungkapkan, penemuan ini menunjukkan bahwa evolusi bersifat plastis, sangat fleksibel.
Menurut Long, temuan ini sangat mengejutkan sebab setelah 200 juta tahun, ada jenis Coelacanthyang memiliki gaya hidup berbeda (gerak cepat) dari jenis Coelacanth lainnya (gerak lambat).
Meskipun demikian, akhirnya ditunjukkan bahwa Coelacanth yang bergerak lambatlah yang menang. Terbukti, mereka kini masih ada yang eksis, sementara yang bergerak cepat tinggal fosil.
Saat ini, hanya dua jenis Coelacanth yang masih hidup, yakni spesies Latimeria chalumnae di Afrika dan Latimeria menadoensis di Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar