Jumat, 13 April 2012

Petaka Laut Timor Hampir Sama dengan Lumpur Lapindo

 

JAKARTA. Prof DR Mukhtasor dari lembaga Dewan Energi Nasional (DEN) mengatakan, Pemerintah hingga saat ini tidak melakukan penelitian ilmiah yang patut, kredibel dan transparan terkait pencemaran Laut Timor. Padahal, berdasar hasil penelitian ilmiah yang ada, dampak negatif dari pencemaran ini sungguh luar biasa dan perlu segera ditangani.

 



Jika tidak, seluruh biota Laut Timor akan mati dan kerusakan-kerusakan luar biasa yang sudah terjadi akan semakin parah. Menurut Mukhtasor, berdasar penelitian ilmiah yang ada ini, bubuk zat kimia yang ditaburkan oleh Australia Maritime Safety Authority (AMSA) di lokasi pencemaran untuk menenggelamkan gumpalan-gumpalan minyak mempunyai pengaruh negatif terhadap kehidupan di laut.

Dia menyebutkan, jenis dispersant yang disebarkan ke laut, yakni jenis tergo R40 (1.000 liter), slickgone LTSW (38.000 liter), shell VDC (5.000 liter), Corexit EC9500 (17.000 liter), slickgone NS (63.000 liter), ARDROX 6120 (32.000 liter) dan corexit EC 9527A (27.720 liter).



Jadi, total yang dibuang ke laut sebanyak 184.135 liter. Atas hal itu, Mukhtasor pun menyayangkan sikap Pemerintah yang lamban menanggapi bencana ini. Menurutnya, petaka Laut Timor ini tak ada bedanya dengan bencana Lapindo di Sidoarjo. Hanya saja, Pemerintah lebih fokus menangani bencana Sidoarjo, sedangkan Laut Timor yang juga punya dampak negatif tak dihiraukan.

"Lapindo itu kan ada anggarannya setiap tahun dari APBN dan seharusnya untuk masyarakat di NTT yang terkena dampak pencemaran laut pun perlu diperhatikan," tandas Mukhtasor melalui siaran pers yang diterima suaramerdeka.com, Sabtu (14/4).

Oleh karena itu, Mukhtasor mendukung berbagai langkah yang selama ini dilakukan YPTB, sebab jika ditunda, maka lama-kelamaan bukti-bukti pencemaran akan hilang. "Kalau dibiarkan terus maka lama-lama bukti-bukti pencemaran di laut itu akan hilang, dan masyarakat yang akan dirugikan," kata Mukhtasor.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar